Oleh: Puteh | 20 Juli 2009

Pemerintah Menciptakan Sistem Pendidikan yang Tidak Mendidik

sumber : http://netsains.com/2009

oleh Aris Niti Winarno

070522_ujian20nasionalAda banyak efek negatif dari Ujian Nasional yang memberikan dampak terpuruknya mental siswa, orang tua beserta pendidik. Tuntutan kelulusan siswa melalui Ujian Nasional membuat pelaku dunia pendidikan melakukan hal-hal yang tidak bermoral. Sebenarnya di lapangan banyak terjadi pencurian soal namun hanya beberapa saja yang terungkap. Ketika mendekati Ujian Nasional, sekolah-sekolah membentuk tim sukses dengan tujuan membantu para muridnya dengan melakukan teknik-teknik yang beraneka ragam..

Yang banyak dilakukan di sekolah-sekolah yaitu dengan cara mengambil sisa soal di ruang ujian kemudian dikerjakan oleh seorang guru lalu disebarkan ke muridnya melalui HP ada juga yang langsung melalui pengawas ruang, walaupun pengawas ruang adalah guru dari sekolah lain tetapi mereka juga seorang guru yang muridnya secara bersamaan juga menghadapi ujian jadi tahu sama tahu kerjasama saling menguntungkan dan masih banyak lagi teknik lain yang dilakukan.

Semua yang mereka lakukan adalah bentuk pengabdian kepada sekolah, yang mereka lakukan adalah bentuk kasih sayang kepada anak didiknya, yang mereka lakukan merupakan wujud keperdulian terhadap masa depan anak didiknya dan mereka adalah para korban sistem yang dibentuk oleh pemerintah.

Pemerintah ingin mendapatkan sebuah angka yang dinamakan standard pendidikan tapi akibatnya para siswa berbuat curang, para pendidik berbuat curang dan sekolah bukan lagi tempat-tempat untuk mendidik mental siswa, sekolah bukanlah lagi tempat untuk mendidik generasi untuk berbuat jujur dan yang lebih ironis, masih pantaskah guru disebut seorang pendidik?. Guru berada pada pilihan yang sulit, mereka harus melakukan hal yang bertentangan dengan hati nurani demi anak didik dan pengabdiannya pada sekolah.

Sekarang kita bicara tentang hasil Ujian Nasional. Universitas tidak mempercayai hasil Ujian Nasional karena belum tentu siswa yang berprestasi mendapatkan hasil UN yang baik. Buktinya Universitas Favorit dalam menerima mahasiswa baru tidak berpedoman pada nilai UN. Yang jelas banyak siswa berprestasi mendapatkan ijasah paket karena kegagalannya menghadapi UN, banyak siswa yang telah dinyatakan diterima di universitas dalam dan luar negeri tetapi batal diterima dikarenakan kegagalan dalam UN. Faktanya beberapa tahun yang lalu ada seorang siswi mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri karena kemampuan bahasa inggrisnya yang baik, namun akhirnya kandas gara-gara nilai matematikanya di bawah standard yang mengakibatkan siswi tersebut tidak lulus UN. Yang jelas jika siswa gagal dalam UN dan mendapatkan ijazah paket, maka kegagalan tersebut akan melekat pada siswa seumur hidup dan akan melukai mental siswa seumur hidup.

Sekarang kita bicara kurikulum yang berlaku. Sekarang ini di Indonesia memakai KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang merupakan pengembangan dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KBK merupakan kurikulum yang mewadahi keinginan siswa untuk mendalami pendidikan sesuai dengan kompetensinya. Andaikan siswa memilih mendalami bidang Olah Raga apakah siswa tersebut menempuh UN sesuai dengan kompetensinya di bidang Olah Raga? Andaikan siswa memilih mendalami bidang kesenian, apakah siswa tersebut menempuh UN sesuai dengan kompetensinya dibidang kesenian?. Lalu, sesuaikan Ujian Nasional dengan kurikulum yang berlaku sekarang?.

Terakhir kalinya bahwa Ujian Nasional mendidik para generasi penerus untuk terbiasa berbuat curang dan siapa yang paling disalahkan jika masa yang akan datang para pemegang ekonomi di Negara ini menjadi koruptor akibat dari didikan Ujian Nasional.

Saya yakin seyakin-yakinnya jika ada capres dan cawapres yang memiliki misi penghapusan UN atau kelulusan tidak didasarkan pada nilai UN maka akan dipilih oleh para Pendidik, siswa, para petani yang anaknya menjadi siswa, para buruh yang anaknya menjadi siswa, para pedagang yang anaknya menjadi seorang siswa, para pelaku industri yang anaknya menjadi seorang siswa dan seluruh warga Indonesia yang anaknya menjadi seorang siswa!

Mohon dikaji para calon penguasa

foto:mrghelvin.files.wordpress.com/


Tanggapan

  1. Tulisan yang luar biasa, kritis dan membangun… trim’s

  2. A. Didik, Mendidik dan Sistem Pendidikan

    Pendidikan adalah sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dan potensi itu dikembangkan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dari definisi tersebut tersirat bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran terhadap manusia secara terus menerus, agar manusia tersebut memiliki kepribadian yang kamil (sempurna) lahir dan batin.
    Pendidikan merupakan proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat terjadi setiap saat dan di segala tempat. Setiap orang, baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami proses belajar lewat apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan. Secara alamiah setiap orang akan terus belajar melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan sebagai suatu sistem, pada dasarnya merupakan bagian dari sistem proses perolehan pengalaman belajar tersebut. Oleh karena itu secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik. Pengalaman belajar tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik diharapkan juga mengilhami mereka ketika menghadapi problema dalam kehidupan sesungguhnya (Senge, 2000).
    David P. Ausubel (Ausubel, 1978) dan Jerome S. Bruner (Bruner, 1977), mengatakan bahwa proses pembelajaran dalam pendidikan akan menjadi lebih menarik, memberi kegairahan pada semangat belajar peserta didik, jika peserta didik melihat kegunaan, manfaat, makna dari pembelajaran guna menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya saat ini bahkan di masa depan. Pembelajaran akan memberikan suasana yang menyenangkan (joyful learning) jika berkait dengan potensi, minat, hobi, bakat peserta didik dan penerimaan siswa bahwa apa yang dipelajarinya akan berguna bagi kehidupannya di masa depan, karena siswa merasa mendapatkan keterampilan yang berharga untuk menghadapi hidup.
    Proses pelaksanaan pendidikan dapat dilaksanakan baik melalui pendidikan formal, in formal maupun non formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Adapun jenis pendidikanya mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
    Sistem pendidikan yang berlaku saat ini tidak terlepas dari aliran dari teori pendidikan masa lampau, seperti aliran-aliran pendidikan di bawah ini.
    1. Aliran Klasik di Bagi Menjadi 4 yaitu:
    a. Aliran Empirisme.
    Aliran ini dimotori oleh seorang filosof berkebangsaan inggris yang raionalis bernama John Locke (1632-1704). Aliran ini bertolak dari Lockean tradition yang lebih mengutamakan perkembangan manusia dari sisi empirikyang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia (Umar Tirtarahardja, 2000:194). Secara etimologis empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Pokok pikiran yang dikemukakan oleh aliran ini menyatakan bahwa pwngalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa bakat tidak diakuinya.
    Menurut aliran empirisme bahwa pada saat manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan “tabula rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak dapat ditulis apapun di atasnya. Sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan dapat menentukan keberadaan anak. Pendidikan dikatakan “Maha Kuasa” artinya Pendidikan memiliki kekuasaan dalam menentukan nasib anak. John Locke menganjurkan agar pendidikan disekolah dilaksanakan berdasarkan atas kemampuan rasio dan bukan perasaan. Aliran ini meyakini bahwa dengan memberikan pengalaman melalui didikan tertentu kepada anak, maka akan terwujudlah apa yang diinginkan. Sementara itu pembawaan yang berupa kemampuan dasar yang dibawa seseorang sejak lahir diabaikan sama sekali. Penganut aliran ini masih berkeyakinan bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat dimanipulasi karena keberadaannya yang pasif.
    b. Aliran Nativisme
    Menurut Zahara Idris(1992:6) nativisme berasal dari bahasa latin nativus berarti terlahir. Seseorang berkembang berdasarkan pada apa yang dibawanya sejak lahir. Adapun inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaanyang berupa bakat. Aliran ini dikenal juga dengan aliran pesimistik karena pandangannya yang menyatakan, bahwa orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik, Begitu pula sebaliknya. Namun demikian aliran ini berpendapat bahwa pendidikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan seseorang, sehingga bila pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya.
    c.Aliran Naturalisme
    Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme (Umar Tirtarahardja, 2000:197).Lahirnya aliran ini dipelopori oleh J.J Rousseau, yang mengamati pendidikan. Ditulis dalam bukunya yang berjudul “Emile” menyatakan bahwa anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena campur tangan manusia (masyarakat). Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan sebaiknya diserahkan kepada alam. Oleh karena itu ciri utama aliran ini adalah bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar penbawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik.

    d. Aliran Konvergensi
    Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Aliran ini semakin dikenal setelah kedua aliran sebelumnya yakni empirisme dan nativisme tidak lagi banyak memiliki pengikut. Inti ajaran konvergensi adalah bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang. Sehubungan dengan hal itu teori. Konvergensi yang dikemukakan William Stern berpendapat bahwa:
    Pendidikan memiliki kemungkinan untuk dilaksanakan, dalam arti dijadikan penolong kepada anak untuk mengembangkan potensi.
    Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawaan dan lingkungannya.
    Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern, aliran konvergensi dipandang lebih realistis, sehingga banyak diikuti oleh para pakar pendidikan.
    Gerakan-Gerakan Baru dalam Pedidikan dibagi menjadi 4 yaitu:
    a. Pembelajaran Alam Sekitar
    Dasar pemikiran yang terkandung di dalam pengajaran alam sekitar adalah peserta didik akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia kenyataan. Penjelajahan seseorang dalam menemukan hal-hal baru, baik untuk pengetahuan, olah raga, maupun rekreasi menjadikan program pendidikan alam sekitar dipandang sangat penting. Melalui penjelajahan yang dilakukan, maka sekarang peserta didik, akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta merta memanfaatkan waktu senggangnya. Pendidikan alam sekitar ini mudah dilaksanakan di segala jenjang pendidikan. Konsekuensinya, dalam persiapan perlu dipikirkan tentang biaya ketika akan diadakan penjelajahan seperti halnya biaya transportasi, biaya hidup selama penjelajahan, penginapan dan sebagainya.
    b. Pengajaran Pusat Perhatian (Centres D’interet)
    Penemuan adalah Ovide Decroly (1871-1923), seorang dokter perancis mendirikan yayasan untuk anak-anak abnormal yang bertempat dirumahnya pada tahun1901. pada tahun1907 metodenya diterapkan pada anak-anak normal. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak, yang dinamai centres d’interet. Decroly mencari dan menyelidiki naluri anak dalam pertumbuhannya (secara intrinsik). Naluri yang perlu didapatkan adalah naluri untuk mempertahankan diri,untuk makan, bermain dan bekerja, dari meniru. Berangkat dari naluri tersebut selanjutnya disusun pusat perhatian seperti: untuk makan, untuk berlindung, mempertahankan diri terhadap musuh, dan untuk bekerja. Yang menarik pada pendidikan/ pengajaran Decroly yaitu bahwa anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
    c. Sekolah Kerja
    George Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan tentang arbeitsshule. Ia seorang guru ilmu pasti yang diangkat sebagai inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia mengembangkan cita-cita pendidikan, bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah mengabdi kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban sekolah yang terpenting ialah menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan. Jadi yang menjadi pusat tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa mendatang. Melalui bekerja, manusia menuju ke lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Peserta didik bekerja berkelompok sesuai dengan bagian masing-masing, sehingga menimbulkan tanggung jawab.
    d. Pengajaran Proyek
    Proyek pengajaran berarti kegiatan, sedangkan belajar mengandung arti kesempatan untuk memilih, merancang, berlatih, memimpin dan sebagainya. Dalam hal ini penting ialah bahwa peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk. Demikian konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.
    Sistem pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, psikologi pendidikan, teknologi pendidikan dan paradigma pendidikan seperti pada Gambar-1 di bawah ini.

    Hubungan Sistem Pendidikan Dengan Filsafat Pendidikan :
    ◙ Gagasan terhadap manusia harus dididik
    ◙ Pendidikan model apa yang akan diterapkan.
    ◙ Manusia diciptakan Allah sebagai mahluk berharga yang memiliki
    pribadi yang bernilai
    ◙ Pendidikan bukan hanya menekankan pengetahuan saja, tetapi
    berhubungan emosi, ahlak,dan hubungan sesama manusia
    Sosiologi pendidikan menekankan :
    ◙ implikasi dan akibat sosial dari pendidikan .
    ◙ memandang masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup
    sosial kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat.
    ◙ memandang gejala pedidikan sebagai bagian dari struktur sosial
    masyarakat.
    ◙ Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam
    masyarakat
    a. Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial,
    b. Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan
    sistem kekuasaan,
    c. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
    d. Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial
    dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
    e. Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelom-
    Psikologi pendidikan menekankan :
    Memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi.
    Teknologi pendidikan menekankan :
    Sistem lain yang digunakan dalam proses mengembangkan kemampuan manusia. (Contoh : Penggunaan Jardiknas)
    Paradigma Pendidikan berhubungan dengan pemikiran para ahli pendidikan tentang konsep perkembangan pendidikan di dunia.

    B. Sistem Informasi Manajemen
    1. Pengertian Sistem
    Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai satu tujuan.Atau susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri, tetapi membentuk satu kesatuan secara keseluruhan. Atau susunan yang teratur dari suatu teori, asas suatu mekanisme misalnya pemerintah, jalannya suatu organisasi”. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai sasaran. Semua sistem harus mengarah bagian-bagiannya tercapai sasaran yang telah ditetapkannya dan pengendalian merupakan proses pengaturan yang digunakan oleh sistem untuk mengoreksi setiap penyimpangan dari suatu jalur dan mengarah kembali menuju sasaran.”
    2. Pengertian Informasi
    Data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.Data yang sudah diolah itu, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu. Kemudian hasil dari pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai atau value yang lebih dibandingkan data mentah. Informasi dapat juga dianggap suatu data untuk diolah lagi dan menjadikan informasi sesuai dengan keperluan unit kerja tertentu. Informasi dapat juga dibuat untuk keperluan manajemen sesuai dengan unit kerjanya pada tingkatnya masing-masing. Sehingga informasi harus mempunyai tingkat kwalitas. Kualitas tersebut adalah :
    – Akurat, informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bisa atau menyesatkan dan harus jelas penyampaian maksudnya.
    – Tepat pada waktunya, informasi yang datang tidak boleh terlambat pada penerima.
    – Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi pemakainya.
    – Lengkap, informasi berisi informasi yang dibutuhkan.
    – Jelas, isi informasi bertenu dengan keperluan pemakai.
    3. Pengertian Sistem Informasi
    Sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang dipergunakan untuk mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Adapun suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
    Sistem informasi menurut Henry C. Lucas.
    Sistem Informasi adalah kegiatan dari suatu prosedur-prosedur yang diorganisasikan bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi
    Sedangkan menurut John F. Nash dan Martin B. Robert
    Sistem Informasi adalah suatu kombinasi dari orang-orang, fasilitas teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar untuk pengambilan keputusannya yang cerdik.
    Tugas utama dari system informasi adalah mengumpulkan, memproses, meyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu dan berjalan sesuai dengan lingkungan dimana sistem tersebut berjalan. Contohnya sistem informasi untuk perbankan tidak akan sesuai bila digunakan untuk bidang pendidikan. Dalam menjalankan tugasnya sistem informasi menggunakan teknologi informasi .
    Adapun sistem informasi terdiri dari 3 unsur, yaitu : Input. Yaitu menerima data sebagai masukan. Proses merupakan kegiatan memproses data dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran perkiraan dan lain-lain. Dan output untuk memperoleh informasi sebagai keluaran.
    Prinsip ini berlaku baik untuk sistem informasi manual, elektromekanis maupun komputer.

    4. Pengertian Manajemen Sistem Informasi

    Sistem informasi manajemen merupakan serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional mampu menstransformasikan data sehingga menjadi informasi dengan berbagai cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer.
    Adapun poin-poin dari SIM secara terperinci adalah :
    1. Sistem Informasi Manajemen memiliki sub-sistem informasi.
    Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem, dimana sub-sistem tersebut mendukung tercapainya sasaran Sistem Informasi Manajemen dan organisasi sebagian dari sub-sistem berperan hanya dalam satu kegiatan atau lapisan manajemen, sementara yang lainya berperan ganda.
    2. Sistem Informasi Manajemen adalah menyeluruh.
    Sebuah Sistem Informasi Manajemen mencakup sistem informasi formal maupun informal baik yang manual maupun berkomputer. Komponen yang terpenting dalam Sistem Informasi Manajemen adalah manajer yang pikirannya akan memproses dan menyebarkan informasi secara berinteraksi dengan elemen-elemen lain dari Sistem Informasi Manajemen.
    3. Sistem Informasi Manajemen adalah terkoordinasi.
    Sistem Informasi Manajemen di koordinasikan secara terpusat untuk menjamamin bahwa data yang di proses dapat di operasikan secara terencana dan terkoordinasi. Semuanya untuk menjamin bahwa informasi melewati dan menuju sub-sistem yang diperlukan, serta menjamin bahwa sistem informasi bekerja secara efisien.
    4. Sistem Informasi Manajemen terintegrasi secara rasional.
    Sub-sistem dalam Sistem Informasi Manajemen adalah terintegrasi (terpadu) sehingga kegiatan dari masing-masing saling berkaitaan satu dengan yang lainnya, integrasi ini dilakukan terutama dengan melewatkan data diantara sub-sistem tersebut.
    5. Sistem Informasi Manajemen mentransformasikan data kedalam informasi.
    Apabila data diolah dan berguna bagi manajer untuk tujuan tertentu, maka ia akan menjadi informasi.
    6. Sistem Informasi Manajemen meningkatkan produktivitas.
    Sistem Informasi Manajemen dengan berbagai cara mampu meningkatkan produktivitas, antara lain: dengan kemampuan melaksanakan tugas rutin seperti penyajian dokumen dengan efisien, mampu memberikan layanan bagi organisasi intern dan ekstern, serta mampu meningkatkan kemampuan manajer untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak terduga.
    7. Sistem Informasi Manajemen sesuai dengan gaya manajer
    Sistem Informasi Manajemen dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang akan menggunakannya. Para perancang sistem apabila akan mengembangkan Sistem Informasi Manajemen hendaknya mempertimbangkan faktor manusiawi dengan cermat. Apabila tidak demikian, maka sistem yang dihasilkan tidak efektif.

    I. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) PENDIDIKAN

    A. Sistem Pendidikan
    Tinjauan makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang digambarkan dalam dua bagan ( P.H Coombs, 1968 ) dalam Etty Rochaety, dkk (2005 ) bahwa pendekatan makro pendidikan dapat dilihat dari sisi input , proses dan hasil pendidikan , seperti pada gambar di bawah ini :

    Sumber : Ety Rochaety, dkk (2005 : 9 )
    Input sumber pendidikan akan mempengaruhi dalam kegiatan proses pendidikan , dimana proses pendidikan didasari oleh berbagai unsur sehingga semakin siap suatu lembaga dan semakin lengkap komponen pendidikan yang dimiliki maka akan menciptakan hasil pendidikan yang berkualitas.
    Konsep pendidikan mana yang dipakai saat ini, tiada lain tujuanya adalah meningkatkan mutu pendidikan.Pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
    Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses yang berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan dan siswa) dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb) Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
    Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting peserta didik mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya).
    Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, UN, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; dan prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikulir lainnya.
    Jadi kalau ketiga hal tersebut di atas telah dicapai maka mutu pendidikan masa depan yang lebih baik akan terwujud sehingga masa depan Indonesia tanpa korupsi bukan lagi menjadi suatu mimpi di musim panas karena disadari atau tidak korupsi yang dilakukan anak-anak bangsa telah menghambat terwujudnya kesejahteraan yang didamba sesuai dengan cita-cita dan tujuan pendidikan.
    Manajemen pendidikan yang harus diperhatikan dalam suatu satuan pendidikan (sekolah), diantaranya : manajemen siswa, manajemen kurikulum, manajemen personil, manajemen sarana pendidikan, manajamen pembiayaan, tata laksana pendidikan dan humas pendidikan.
    Manajemen kurikulum diantaranya menyangkut :Tujuan, Struktur Program, Kalender Pendidikan, Pembagian Tugas Guru, Penempatan Siswa, Penyusunan Rencana Mengajar, Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi.
    Manajemen personil perencanaan pegawai, cara memperoleh pegawai, penempatan, pemeliharaan, pembinaan, evaluasi, dan pemberhentian.
    Manajamen sarana terdiri dari : pengadaan alat pelajaran, pengaturan dan penggunaan, penyingkiran barang, pengelolaan sarana kelas, pengelolaan sarana laboratorium, pengelolaan sarana olah raga.
    Manajemen anggaran diantaranya : penyusunan anggaran, auditing, pelaporan, pertanggungjawaban.
    Manajemen siswa terdiri dari penerimaan siswa, ketatausahaan siswa, pencatatan bimbingan dan pencatatan prestasi.
    Sintem pendidikan berdasarkan tingkatannya digambarkan sebagai berikut:

    Sebagai data input di satuan pendidikan adalah sumber daya internal (resources) dan sumber daya lingkungan (environment). Data input tersebut kemudian mengalami transformasi proses sehingga menjadi sebuah output yang menjadi bahan informasi bagi mengambil kebijakan atau bagi pelanggan pengguna jasa pendidikan. Dan yang paling utama adalah bagaimana input, proses dan output pendidikan tersebut me miliki kendali mutu. Dalam pendidikan nasional, untuk kendali mutu bagi satuan pendidikan dtetapkanya 8 standar pendidikan nasional (SNP) yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan pendidikan. Gambaran dari kendali mutu tersebut adalah sebagai berikut :

    Sejauh mana SNP sebagai standar minimal yang harus dicapai oleh leh satuan pendidikan, dapat dilihat dengan cara membandingkan antara dasar teoritis dengan fakta di lapangan sebagai berikut :

    II. PENUTUP

    Sebuah Manajemen Sistem Informasi jasa pendidikan berawal dari subsistem input yang terdiri sumber internal dan ekternal kemudian dilakukan proses tranformasi berupa manajemen oprasi sehingga dibuat database sebagai dasar pengambilan keputusan yang diwujudkan dalam subsistem output . Subsistem output menghasilkan kualitas layanan yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
    Untuk mendapatkan data input yang valid, diperlukan sebuah analisis (misalnya SWOT) sebagai bahan menetapkan Visi, misi dan tujuan sekolah, dan menentukan sasaran untuk dibuat sebuah strategi pelaksanaan. Sebagai pengendali diformulasikan bentuk evaluasi dan supervisi plans. Mereview perencanaan kemudian dikomunikasikan ke seluruh stakeholders.
    Ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam melayani pengguna jasa pendidikan yaitu berfungsinya 3 sentral manajemen, yaitu manajemen oprasi, manajemen sumber daya manusia dan manajemen pemasaran. Dan gambaran dari keterkaitan ketiga fungsi tersebut sebagai berikut

  3. pencerahan yang lengkap, terima kasih banyak.
    salam..


Tinggalkan komentar

Kategori